Paris (ANTARA) – Seorang pria berusia 47 tahun ditahan karena dicurigai melakukan kontak dengan pelaku serangan pisau mematikan Kamis (29 Oktober) di Nice, kata seorang sumber pengadilan.
Pada hari Kamis, seorang penyerang yang memegang pisau berteriak “Allahu Akbar” (Tuhan Maha Besar) memenggal seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di kota Prancis sebelum ditembak oleh polisi dan dibawa pergi.
Sumber itu mengatakan pria berusia 47 tahun yang diduga telah melakukan kontak dengan penyerang telah ditahan Kamis malam, membenarkan laporan sebelumnya di BFM TV.
Kepala jaksa anti-teroris Prancis Jean-Francois Ricard mengatakan pria yang dicurigai melakukan serangan itu adalah seorang warga Tunisia, lahir pada tahun 1999, yang tiba di Eropa pada 20 September di Lampedusa, pulau Italia di lepas pantai Tunisia yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika.
Sebuah sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Prancis menyebut tersangka penyerang sebagai Brahim Aouissaoui.
Ricard mengatakan tersangka penyerang telah memasuki kota dengan kereta api pada Kamis pagi.
Menteri Dalam Negeri Prancis mengatakan pada hari Jumat (30 Oktober) bahwa Prancis terlibat dalam perang melawan ideologi Islam dan kemungkinan akan terjadi lebih banyak serangan militan di tanah Prancis.
“Kami berada dalam perang melawan musuh yang ada di dalam dan di luar,” kata Gerald Damarnin kepada radio RTL. “Kita perlu memahami bahwa telah terjadi dan akan ada peristiwa lain seperti serangan mengerikan ini.”
Serangan Nice terjadi hanya kurang dari dua minggu setelah seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris dipenggal oleh seorang penyerang berusia 18 tahun yang tampaknya marah oleh guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.