Shanghai (ANTARA) – Strain Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 300 orang di Beijing sejak awal Juni bisa jadi berasal dari Asia Selatan atau Tenggara, menurut sebuah studi oleh para peneliti Universitas Harvard.
Wabah di Beijing telah menimbulkan kekhawatiran tentang kerentanan China terhadap “gelombang kedua” infeksi. Virus yang ditemukan dalam kasus Beijing adalah jenis impor Covid-19, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Studi Harvard, yang diterbitkan di situs web pracetak medRxiv.org pada hari Selasa (30 Juni) dan yang masih harus ditinjau oleh rekan sejawat, mengambil tiga urutan genom Sars-CoV-2 yang dikumpulkan di Beijing bulan lalu dan membandingkannya dengan 7.643 sampel di seluruh dunia.
Tiga genom menunjukkan kemiripan terbesar dengan kasus di Eropa dari Februari hingga Mei, dan untuk kasus di Asia Selatan dan Tenggara dari Mei hingga Juni.
Mereka juga mirip dengan sejumlah kecil infeksi yang terlihat di China pada bulan Maret, menunjukkan strain itu bisa muncul pertama kali di China dan kemudian kembali ke negara itu tiga bulan kemudian, kata para penulis.
“Karena kasus terbaru di cabang-cabang ini hampir secara eksklusif berasal dari Asia Selatan (timur), ini dapat menunjukkan bahwa kasus-kasus baru di Beijing diperkenalkan kembali oleh transmisi dari Asia Selatan (timur),” tulis mereka.
Wabah yang ditelusuri ke pasar grosir Xinfadi Beijing yang besar pada 11 Juni telah menginfeksi 329 orang pada akhir Rabu.
Pembatasan karantina dan pengujian skala besar terhadap penduduk dimulai segera setelah kasus pertama diidentifikasi, dan China juga mengharuskan semua pengiriman daging impor untuk diuji Covid-19 sebelum mereka dapat meninggalkan pelabuhannya.
Virus Sars-CoV-2 pertama kali terdeteksi di sebuah pasar di kota Wuhan di Cina tengah pada Desember tahun lalu dan kini telah menginfeksi lebih dari 10 juta orang dan menewaskan lebih dari 500.000 orang di seluruh dunia.